Frost Angel
4AD4/25
IMPLEMENTASI
LEAN SIX SIGMA DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN
PENINGKATAN KINERJA GREEN SUPPLY CHAIN (STUDI KASUS PT. ECCO INDONESIA
Fenomena
baru mengenai new industrial revolution (revolusi industri baru), yang pada
hakekatnya terkait dengan manajemen lingkungan turut mempengaruhi kebijakan
mengenai peningkatan kinerja pada perusahaan. Hal ini memberikan gambaran bagi
perusahaan terutama yang berorientasi global untuk memperluas wawasan dengan
memperhitungkan faktor manajemen lingkungan dalam peningkatan kinerja supply
chain perusahaan. Faktor manajemeniingkungan yang diperhitungkan dalam
manajemen yang efektif pada kinerja supply chain dilakukan untuk mencapai
peningkatan kinerja yang menyeluruh mulai dari supplier sebagai pemasok
material, proses produksi, delivery produk, sampai dengan aktivitas-aktivitas
yang berkaitan dengan recovery produk seperti remanufacturing, recycle, maupun
re-use yang merupakan bagian dari green supply chain. Perencanaan peningkatan
kinerja dapat dilakukan dengan mengetahui lebih dahulu kinerja supply chain
yang ada pada perusahaan yang dievaluasi dengan menggunakan metodologi Lean Six
Sigma DMAIC Process dengan pendekatan Value Stream Mapping yang
divisualisasikan dengan Big Picture Mapping. PT. ECCO Indonesia yang menjadi
obyek dalam penelitian ini merupakan produsen sepatu kulit yang berorientasi
pada pasar luar negeri (ekspor). Variasi produk yang dihasilkan banyak
khususnya berupa kulit sepatu, upper sepatu, serta sepatu jadi {finished shoe).
Proses mulai bahan baku masuk, proses produksi, sampai dengan produk jadi serta
delivery melalui berbagai tahap, dimana setiap tahap menggunakan berbagai
sumber daya. Agar perusahaan dapat berproduksi secara optimal maka harus dibuat
suatu perencanaan peningkatan kinerja green supply chain yang tidak hanya
memberikan keuntungan bagi perusahaan tetapi juga bagi lingkungannya. Tujuan
dari penelitan ini adalah untuk membuat gambaran menyeluruh aktivitas
perusahaan untuk mengetahui kinerja green supply chain dengan pendekatan big
picture mapping; mengidentifikasi waste dengan menggunakan value stream mapping
tools; dan merancang sistem green supply chain yang lebih efisien dengan
mereduksi biaya dan waste yang telah diidentifikasi. Berdasarkan analisis yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemborosan tertinggi yang terjadi adalah
waste human potential yang berkaitan dan sebagian besar waktu aktivitas
merupakan delay dengan persentase 73,89% walaupun jumlah aktivitas terbesar
adalah operasi dengan persentase 74,26%. Sedangkan biaya non value adding
activity yang dikeluarkan paling tinggi adalah untuk pembuangan limbah yang
dapat ditekan dengan pengiriman 25% limbah ke pengolah lokal ataupun investasi
sludge and fleshing dryer dengan penghematan biaya masing-masing sebesar Rp.
283.500.000,00 dan Rp. 1.282.489.957,12 pertahun
Fenomena baru mengenai new
industrial revolution (revolusi industri baru), yang pada hakekatnya terkait
dengan manajemen lingkungan turut mempengaruhi kebijakan mengenai peningkatan
kinerja pada perusahaan. Hal ini memberikan gambaran bagi perusahaan terutama
yang berorientasi global untuk memperluas wawasan dengan memperhitungkan faktor
manajemen lingkungan dalam peningkatan kinerja supply chain perusahaan. Faktor
manajemeniingkungan yang diperhitungkan dalam manajemen yang efektif pada
kinerja supply chain dilakukan untuk mencapai peningkatan kinerja yang
menyeluruh mulai dari supplier sebagai pemasok material, proses produksi,
delivery produk, sampai dengan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
recovery produk seperti remanufacturing, recycle, maupun re-use yang merupakan
bagian dari green supply chain. Perencanaan peningkatan kinerja dapat dilakukan
dengan mengetahui lebih dahulu kinerja supply chain yang ada pada perusahaan
yang dievaluasi dengan menggunakan metodologi Lean Six Sigma DMAIC Process
dengan pendekatan Value Stream Mapping yang divisualisasikan dengan Big Picture
Mapping. PT. ECCO Indonesia yang menjadi obyek dalam penelitian ini merupakan
produsen sepatu kulit yang berorientasi pada pasar luar negeri (ekspor).
Variasi produk yang dihasilkan banyak khususnya berupa kulit sepatu, upper
sepatu, serta sepatu jadi {finished shoe). Proses mulai bahan baku masuk,
proses produksi, sampai dengan produk jadi serta delivery melalui berbagai
tahap, dimana setiap tahap menggunakan berbagai sumber daya. Agar perusahaan
dapat berproduksi secara optimal maka harus dibuat suatu perencanaan
peningkatan kinerja green supply chain yang tidak hanya memberikan keuntungan
bagi perusahaan tetapi juga bagi lingkungannya. Tujuan dari penelitan ini
adalah untuk membuat gambaran menyeluruh aktivitas perusahaan untuk mengetahui
kinerja green supply chain dengan pendekatan big picture mapping;
mengidentifikasi waste dengan menggunakan value stream mapping tools; dan
merancang sistem green supply chain yang lebih efisien dengan mereduksi biaya
dan waste yang telah diidentifikasi. Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa pemborosan tertinggi yang terjadi adalah waste human
potential yang berkaitan dan sebagian besar waktu aktivitas merupakan delay
dengan persentase 73,89% walaupun jumlah aktivitas terbesar adalah operasi
dengan persentase 74,26%. Sedangkan biaya non value adding activity yang
dikeluarkan paling tinggi adalah untuk pembuangan limbah yang dapat ditekan
dengan pengiriman 25% limbah ke pengolah lokal ataupun investasi sludge and
fleshing dryer dengan penghematan biaya masing-masing sebesar Rp.
283.500.000,00 dan Rp. 1.282.489.957,12 pertahun
0 komentar:
Posting Komentar
Tolong beri komentar untuk membangun blog ini menjadi lebih baik lagi dan semakin bermanfaat. Terimakasih